Padepokan Bumi Ageung Saketi
Nyipuh Pangaweruh merupakan kegiatan ritual merawat dan memelihara pusaka yang menjadi Agenda tahunan dari Padepokan Bumi Ageung Saketi. Kegiatan nyipuh pusaka merupakan salah satu tradisi masyarakat Sunda pasca Islam yang sudah berjalan secara turun temurun, tradisi ini dilakukan ketika bulan Mulud (Rabiul Awal) dalam penanggalan Islam atau Hijriah. Nyipuh atau nyepuh berarti mengasah, memandikan, penyucian, atau nyeukeutkeun atau menajamkan, Dalam dunia pusaka berbahan metal, nyipuh merupakan kegiatan menutup atawa membungkus dengan sipuh èrmas atau èrperak. Maka dengan kata lain istilah kasipuh memiliki makna tambah bagus, atau tambah terpuji. Maka dari itu nyipuh pangaweruh bermakna merawat dan mempertajam pengetahuan. Mengapa demikian? Karena saat ini benda-benda pusaka banyak mengalami pergeseran makna dan nilai. Benda-benda tua atau warisan dari leluhur selalu dianggap sesuatu yang memiliki nilai ghaib dan bersifat mistis belaka, namun dibalik itu semua ada nilai dan makna yang terkandung di dalamnya. Hal demikianlah yang menjadikan kenapa benda pusaka bisa berharga dan dihormati. Jadi menurut hemat kami, ada yang tidak kalah penting selain harus menyipuh pusaka secara fisik benda itu sendiri, yaitu menyipuh pengetahuan sang pemegang amanah benda tersebut.
Acara Nyipuh Pangaweruh akan dilaksanakan selama dua hari yaitu pada hari Jum'at dan Sabtu, tanggal 29-30 September 2023. Untuk acara pada hari Jum'at akan dimulai pada pukul 19.00 WIB, dimana kegiatanya yaitu ngarekès bersama yang dipimpin oleh Abah Enjoem selaku sesepuh Padepokan, dilanjut dengan Ruatan pusaka oleh Juru Pantun Mang Ayi Basajan (Subang) lalu Nyipuh Pusaka akan dilakukan oleh masing-masing pemilik atau peserta yang membawa pusaka, dimana segala peralatan untuk nyipuh akan difasilitasi oleh tim dari Padepokan Bumi Ageung Saketi. Acara ini terbuka untuk umum guna meningkatkan silaturahmi sesama pelestari benda-benda pusaka. Selain itu kegiatan pun dilakukan agar dapat membentuk sebuah ruang diskusi bagi pelestari pusaka dan saling bertukar informasi mengenai kesejarahan, perawatan serta pelestariaannya.
Untuk kegiatan di hari sabtu, acara akan berlangsung pada Pukul 09.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB. Adapun kegiatannya yaitu, diskusi tentang seni reak sebagai warisan pusaka karuhun Sunda. Judul dari diskusi ini yaitu "Nyorèang Reak ka Tukang, Nyawang Reak nu Bakal Kasorang" yang berarti melihat reak di masa lalu dan menatap juga meninjau reak di masa yang akan datang. Adapun pemantik diskusi tersebut yaitu Abah Enjoem selaku seniman yang akan membahas seluk-beluk seni reak, Bunga Dessri Nurghaliyah sebagai akademisi seni akan memantik mengenai tangtangan seni tradisi masa kini, dan Kristining Seva sebagai peneliti dan kolaborator seni reak.
Selain itu akan ada juga launching produk hasil kolaborasi antara Tim Peneliti Hibah Dikti Universitas Parahyangan Bandung berupa digitalisasi seni dan budaya yang ada di Padepokan Bumi Ageung Saketi serta penampilan perdana "Ibing Jalukraharja".
Ibing Jalukraharja merupakan tarian yang besumber dari kesenian reak. Ibing berarti tari dan Jalukraharja adalah memohon kesejahteraan. Ibing Jalukraharja merupakan penggambaran seni reak sebagaimana fungsinya yaitu media syukur dan cara memohon kesejahteraan kepada Tuhan. Sebagaimana dulunya seni reak ini adalah seni yang digunakan masyarakat di wilayah Cinunuk, Cibiru Ujungberung sebagai ungkapan rasa syukur atas panen serta ritual memohon kesejahteraan agar selalu mendapatkan panen yang melimpah. Acara pada hari Sabtu tersebut akan ditutup dengan penampilan dari Sanggar seni Reak Tibelat.
Bumi Ageung Saketi merupakan sebuah komunitas yang bergerak dibidang kebudayaan Sunda. Komunitas ini berdiri pada tahun 2019 di Cibiru, Kota Bandung. Atas inisiasi Enjang Dimyati (Abah Enjoem) dan Dody Satya Ekagustdiman, Bumi Ageung Saketi dibentuk sebagai ruang edukasi alternatif bagi masyarakat yang ingin mengenal dan mempelajari kebudayaan Sunda. Saat ini Bumi Ageung Saketi aktif menggelar dan juga melakukan berbagai kegiatan diantaranya yaitu kegiatan rutin bhakti mantha purnamakala, ruatan gunung Manglayang, sekolah nonformal untuk anak, kajian dan diskusi naskah Sunda kuna, pelestarian lingkungan dan mengemas beberapa produk masyarakat sebagai UMKM. Selain sebagai ruang edukasi alternatif, Bumi Ageung Saketi aktif menjadi mitra kolaborasi bersama masyarakat dan juga lembaga formal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bergerak di bidang kebudayaan Sunda.
Untuk informasil lebih lanjut bisa menghubungi narahubung kami Ahmad Suryadi di nomor whats app +62896-1008-1164 atau kontak bisa melalui media sosial kami yaitu instagram @bumiageumgsaketi, tiktok @bumiageungsaketi